Morfonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) ialah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi maupun proses komposisi.
Umpamanya, dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada dasar hari akan muncul bunyi [y], yang dalam ortografi tidak dituliskan tetapi dalam ucapan dituliskan (Chaer, 2008).
Dalam bahasa Indonesia, peristiwa bergabungnya morfem satu dengan yang lainnya membentuk satu
kata sering diikuti
dengan
perubahan-perubahan fonem.
Perubahan itu bisa perubahan fonem ke fonem
lain, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Perubahan-perubahan fonem yang
mengikuti peristiwa pembentukan
kata dalam ilmu
bahasa disebut proses morfofonemis (Muslich, 2008).
Beberapa Jenis Perubahan Fonem Dalam bahasa Indonesia (Chaer, 2008)
1. Pemunculan fonem,
yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak
ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan
memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
me + baca ---> membaca
Contoh lain, seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu dalam proses
pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan
muncul bunyi semi vokal [y]
hari + an ---> hariyan.
2. Pelesapan fonem,
yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses
pengimbuhan prefiks ber– pada dasar renang, maka
bunyi [r] yang ada pada prefiks ber– dilesapkan.
Juga, dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada sejarah, maka fonem /h/ pada
dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan “akhiran” –nda pada dasar anak, maka
fonem /k/ pada dasar itu menjadi lesap atau dihilangkan. Perhatikan!
ber + renang ----> berenang
sejarah + wan---->
sejarawan
anak + nda----> ananda
Dalam beberapa tahun terakhir ada juga gejala pelesapan salah satu fonem yang sama yang terdapat pada akhir kata dan awal kata yang mengalami proses komposisi. Misalnya.
Pasar + raya ----> pasaraya
Kereta + api ----> keretapi
Ko +
operasi ----> koperasi
3. Peluluhan fonem,
yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu
proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me– pada dasar sikat, maka
fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal
/ny/ yang ada pada prefiks pe-. Perhatikan!
me- +
sikat -----> menyikat
pe- +
sikat -----> penyikat
Peluluhan
fonem ini tampaknya hanya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks me- dan
prefiks pe- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /s/ lainnya tidak ada.
4. Perubahan fonem,
yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya
proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar
terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
Perhatikan!
ber + ajar ----> belajar
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada
dasar anjur terjadi perubahan fonem, fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Perhatikan.
ter + anjur -----> telanjur
Proses perubahan fonem, memang jarang terjadi, namun, dalam
bahasa Jawa dan bahasa Betawi ada juga terjadi.
Jawa : opo + ne ----> apane
Betawi : ape + an -----> apaan
5. Pergeseran fonem,
yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks
–i pada dasar lompat,
terjadi pergeseran
dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku
kata ti. Simaklah.
Lompat + i ----> me.lom.pati
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar
jawab. Disini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi
berada pada suku kata ban. Simaklah.
ja.wab + an ----> ja.wa.ban
ma.kan + an ----> ma.ka.nan
mi.num + an ----> mi.nu.manProses Perubahan Fonem
Kaidah Perubahan Fonem dalam Proses
Morfofonemis Bahasa Indonesia.
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-] akan berubah
menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p/, /b/dan /f/. Misalnya:
meN- + pikir
→ memikir
meN- + batik
→ membatik
meN-kan + fungsi
→ memfungsikan
peN-
+ potong → pemotong
peN-
+ bakar →
pembakar
peN-
+ fitnah →
pemfitnah
catatan:
bentuk dassar yang berrawal dengan fonem /p/, apabila mengikuti
morfem afiks [meN-} dan {peN-}, fonem tersebut luluh.
Sebaliknya, bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/ dan /f/,
apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem tersebut tidak luluh.
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/, fonem
/s/ yang dimaksud di
sini hanya yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa
keasingannya. Misalnya di bawah ini.
meN- + tolak → menolak
meN- + dengar → mendengar
meN- + suplai → mensuplai
peN- + tolak → penolak
peN- + dengar → pendengar
peN- + suplai → pensuplai
pen- + sinyalir → pensinyalir
catatan:
bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, apabila mengikuti
morfem afiks {meN-} dan {peN-} fonem tersebut luluh; tetapi, apabila berawal
dengan fonem /d/ dan fonem /s/ (yang berasal dari bentuk asing dan masih terasa
keasingannya, fonem tersebut tidak luluh).
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah
menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem
/s/,/s/,/c/ dan /j/. Misalnya
:
meN- + sabit → menyabit/meňabit/
men-i + syukur → mensyukuri/meňsukuri/
meN-kan + syarat →mensyaratkan/meňŝyaratkan/
peN- + cetak → mencetak/meňcetak/
meN- + jual → menjual/meňjual/
peN- + sulap → penyullap/peňulap/
catatan:
bentuk dasar dari awal dengan fonem /s/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-} fonem tersebut luluh. Tetapi apabila berawal
dengan fonem /s/,/c/ dan /j/, fonem tersebut tidak luluh.
Demi kepraktisan fonem /n/ di muka bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/, /c/ dan /j/ cukup ditulis
dengan n.
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjdi
/0/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/ dan vokal. Misalkan:
meN- + kali → mengali
meN- + goreng → menggoreng
meN- + khitan → mengkhitaan/mǝηχitan/
meN- + kkhayal → menghayal/ mǝηχayal
meN- + hukum → menghukum
meN- + angkat → mengangkat
meN- + ikat → mengikat
meN- + ukur → mengukur
meN- + ejek → mengejek
meN- + omel → mengomel
peN- + kali → pengali
peN- + goreng → penggoreng
peN- + khayal → pengkhayal/pǝηχayal/
peN- + hisap → penghisap
peN- + angkut → pengangkut
peN- + ikat → pengikat
peN- + ukur → pengukur
peN- + emban → pengemban
peN- + obral → pengobral
catatan:
bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k/ apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-},
fonem tersebut luluh.
Tetapi ababila berawal dengan fonem /g/, /x/ (bisa ditulis kh), /h/, dan
/vokal/, fonem tersebut tidak luluh.
Fonem /r/ pada morfem afiks {ber-} dan {per-} akan berubah menjadi /I/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berupa morfeem ajar. Misalnya dapat dilihat dalam
contoh di bawah ini:
ber- + ajar → belajar
per- + ajar → pelajar
Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk
dasar akan berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau bergabung dengan morfem
afiks {peN-an}, {ke-an}, [per-an}, dan {-an}. Misalnya berikut:
peN-an + kutuk/kutu?/ → pengutukan/pǝηutukan/
peN-an + tolak/tola?/ →penolakan/pǝnolakan/
ke-an + duduk/dudu?/ →kedudukan/kǝdudukan/
ke-an + elok/elo?/ →keelo kan/kǝelokan/
per-an + budak/buda?/ → perbudakan/pǝrbudakan/
-an + kutuk/kutu?/ →kutukan/kutukan/
-an + petik/peti?/ →Petikan/pǝtikan/
Kaidah Penambahan Fonem dalam Proses Morfofonemis
Apabila morfem afiks {me-N} dan {peN-} diikuti bentuk dasar yang
bersuku satu, di antaranya terjadi penambahan fonem /ǝ/ ssehingga {meN-}
menjadi menge-,dan
{peN-} menjadi penge. Misalnya berikut:
meN + las → mengelas
meN- + tik → mengetik
meN- + bom → mengebom
peN- + cat → mengecat
peN- + tik → pengetik
peN- + las → pengelas
catatan:
pada contoh
di atas, di samping terjadi penambahan juga terjadi perubahan, yaitu dari fonem
/N/ menjadi /η/. Harap diingat bahwa di samping kata-kata tersebut, dipakai
juga bentuk yang dianggap
tidak baku, misalnya membom,
pencat, pembom,
Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {an-}
bertemu dengan bentuk dasar yang
(1) berakhir dengan vokal /a/, akan terjadi penambahan /?/, (2) berakhir dengan
vokal /u/,/o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /y/. Misalnya berikut:
peN-an + periksa → pemeriksaan/pǝmǝriksa?an/
ke-an + sengaja → kesengajaan/kǝsǝηaja?an
per-an + coba → percibaan/pǝrcoba?an/
-an + siksa → siksaan/siksa?an
peN-an + buku → pembukuan/pǝmbukuan
ke-an + piulau → kepulauan/kǝpulawan/
per-an + sekutu → persekutuan/ pǝrsǝkutwan/
an- + satu → satuan/satuwan/
ke-an + lestari → kelestarian/kǝlǝstariyan/
per-an + judi → perjudian/pǝrjudiyan/
-an + cuci → cucian/cuciyan/
Kaidah Penghilangan Fonem dalam Proses Morfologis Bahasa Indonesia
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan apabila
bertemu dengan bentuk dasar
yang berawal
dengan fonem /l/,/r/,/y/,/w/, dan /nasal/.
meN- + larang → melarang
meN- + ramal → meramal
meN- + nyanyi → menyanyi
meN- + nikah → menikah
meN- + madu → memadu
peN- + lamar → pelamar
peN- + ramal → peramal
peN- + waris → pewaris
peN- + nyanyi → penyanyi
peN- + malu → pemalu
Fonem /r/ pada morfem afiks {ber-}, {ter-}, dan {per-} akan mengalami penghilangan
apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk
dasar yang suku pertamanya berakhir dengan fonem /r/.
Ber- + rambut → berambut (bukan ⃰ berrambut)
Ber- + ternak → beternak (bukan ⃰ berternak)
Ter- + rebut → terebut
(bukan ⃰ terrebut)
Per- + kerja → pekerja (bukan ⃰ perkerja)
Per- + renang → perenang (bukan ⃰ perrenang)
Fonem /k/,/p/,/t/, dan /s/ yang terdapat pada awal bentuk
dasar yang bertemu dengan morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem-fonem itu mengelami penghilangan. Kejadian ini tidak
berlaku bagi bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa
keasingannya. Misalnya:
meN- + kapur → mengapur
meN- + pikir → memikir
meN- + tolak → menolak
meN- + sirsm → menyiram
peN- + kejar → pengejar
peN- + pikir → pemikir
peN- + tulis → penulis
peN- + sadap → penyadap
Morfofonemik dalam pembentukan kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses reduplikasi dan hanya dalam prefiksasi ‘ber-, prefiksasi me-,
prefiksasi pe-, prefiksasi per-,
konfiksasi pe-an,
konfiksasi per-an,
dan sufiksasi –an.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa
Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2008. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta : Bumi Aksara.