Kamis, 04 September 2014

KLAUSA (CLAUSE)


žKlausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL KET atau pun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET), tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka. Artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Ramlan, 2005). Di dalam Kamus Oxford dikatakan a clause is a group of words that contains a verb (and usually other components too).
 
 
žMenurut (Chaer, 2008) klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikat. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila di dalam satuan tidak dapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa.
 
 Di dalam Depdiknas (2008) dan Kridalaksana (2001) dikatakan bahwa klau·sa n Ling satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
žSelain itu, Mulyono (2012) mengatakan “Klausa ialah satuan gramatika yang merupakan bagian kalimat. Satuan gramatika yang berbentuk klausa ini terdiri atas subjek +  predikat + objek + keterangan (S+P+O+K), atau terdiri atas subjek + predikat + objek (S+P+O), atau subjek + predikat (S+P), atau hanya terdiri dari sebuah predikat (P)”.
ž# beristirahat# (P)
ž# kita tidak akan berangkat # (S+P)
ž# kemarin kami berekreasi ke pantai # (K+S+P)
ž# beliau menghadiahkan sebuah nyanyian kepada murid-muridnya # (S+P+O+K)
ž# beliau juga menghadiahi murid-muridnya sebuah anekdot # (S+P+O+Pel)
ž# karena  nilai rapor kami bagus-bagus # (S+P)
ž# ketika kami terlambat # (S+P)
  
Klasifikasi dan Pembagian klausa
žKlausa dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu:
ž
Berdasarkan fungsi unsur-unsurnya.
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, PEL, dan KET. Kelima unsur itu memang tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri S dan P, kadang-kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdiri dari S, P, dan PEL, kadang-kadang terdiri dari S, P dan KET, kadang-kadang terdiri dari S, P, O, dan KET, kadang-kadang terdiri dari S, P, PEL, dan KET, kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P; unsur-unsur yang lain mungkin ada, mungkin juga tidak ada (Ramlan, 2005) 
S dan P
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
ž# ayahku sedang melukis #
ž
ž# yang berbaju batik dosen saya #
ž
ž# meja direktur besar #
ž
ž# berjalan kaki menyehatkan badan #
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan S, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri S.
ž
ž# kuda meringkik #
ž# rumah Pak Zul lima #
ž# kucingku belang tiga #
ž# Bu Annie sedang tidur siang #
ž
Teruskanlah!
 
O dan PEL  
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nomina, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O (Finoza, 2005).
ž
ž
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina atau klausa (Finoza, 2005)
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dari golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdiri dari golongan-golongan kata yang lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu (Ramlan, 2005).
ž
ž# pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni #
ž
Klausa di atas terdiri dari tiga unsur fungsional, yaitu pemerintah sebagai S, unsur akan menyelenggarakan sebagai P, dan unsur pesta seni sebagai O, yang disini di sebut O1.  
Disebut O1 karena ada kata verbal transitif yang menuntut hadirnya dua buah O sehingga di samping O1 terdapat O2.
ž
žO1 selalu terletak dibelakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif. Apabila difasifkan, kata atau frase yang menduduki fungsi O1 menduduki fungsi S. Perhatikan contoh di bawah:
ž
ž# pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah #.
žO2 mempunyai persamaan dengan O1, yaitu selalu terletak di belakang P. Perbedaannya ialah apabila klausa itu diubah menjadi klausa pasif, O1 mendukung fungsi S, sedangkan O2 terletak di belakang P sebagai PEL.
ž
ž# Pak Sastro membelikan anak itu baju baru #
ž
Klausa di atas terdiri dari empat unsur fungsional, yaitu Pak  Sastro sebagai S, membelikan sebagai P, anak itu sebagai O1, dan baju baru sebagai O2. Apabila klausa kalimat diatas diubah menjadi klausa pasif, yang menduduki fungsi S ialah anak itu, dan bukannya baju baru. Bentuk pasifnya
ž# anak itu dibelikan Pak Sastro baju baru # atau
ž# anak itu dibelikan baju baru oleh Pak Sastro #
PEL mempunyai persamaan dengan O, baik O1 maupun O2, yaitu selalu terletak di belakang P. Perbedaannya ialah O selalu terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan, sedangkan PEL terdapat dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau mungkin juga terdapat dalam klausa pasif.
ž
ž# orang itu selalu berbuat kebaikan #
Kata kebaikan pada klausa di atas menduduki fungsi PEL karena kata itu selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal instransitif sehingga klausa itu tidak dapat diubah menjadi klausa pasif. KET
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O, dan PEL dapat diperkirakan menduduki fungsi KET. Berbeda dengan O dan PEL yang selalu terletak dibelakang P, dalam suatu klausa KET pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak didepan SP, dapat terletak diantara S dan P, dan dapat juga terletak dibelakang sekali.
ž
Hanya, sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O dan diantara P dan PEL karena O dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P, setidak-tidaknya mempunyai kecenderungan demikian.
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat dapat berfungsi menerangkan S, P, O dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat (Finoza, 2005).
ž
ž# sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas # (Ket. tempat)
ž# Lia memotong roti dengan pisau # (Ket. alat)
ž# polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati # (Ket. cara)
ž
žTeruskanlah!
ž# Akibat Taufan desa-desa itu musnah #
ž
Unsur yang menduduki fungsi KET ialah unsur akibat taufan yang terletak dimuka S P. Unsur KET itu dapat dipindahkan di antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan ke belakang S P, menjadi:
ž
ž# desa-desa itu akibat taufan musnah # atau
ž
ž# desa-desa itu musnah akibat taufan # 
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata dan Frase yang Menjadi Unsurnya   
 
ž
žBerdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya.
žAnalisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa itu di sini disebut analisis kategori.
žSudah tentu analisis kategorial itu tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan sesungguhnya merupakan lanjutan dari analisis fungsional. 
žUnsur aku menduduki fungsi S, unsur sudah menghadap menduduki fungsi P, unsur komandan menduduki fungsi O1, dan unsur tadi menduduki fungsi KET.
Selanjutnya, jika kata atau frase yang menduduki fungsi-fungsi itu diteliti, ternyata bahwa kata yang menduduki fungsi S termasuk kategori N, frase yang menduduki fungsi P termasuk kategori V, kata yang menduduki fungsi O1 termasuk kategori N, dan kata menduduki fungsi KET termasuk kategori Ket.  
Jika analisis kategorial itu diikhtisarkan, akan diperoleh ikhtisar sebagai berikut :
ž
ž  S  : N
ž  P  : N/V/Bil/FD
ž  O  : N
ž  PEL  : N/V/Bil
ž  KET  : Ket/FD/N
ž
Maksudnya S terdiri dari N; P terdiri dariN,atau V, atau  Bil,atau FD; O terdiri dari N; PEL terdiri dari N, atau V, atau  Bil; dan KET terdiri dari Ket, atau FD, atau N.
 
žChaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia   (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
žDepartemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus   Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Pusat   Bahasa.
žFinoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa   Indonesia:Untuk Mahasiswa Nonjurusan   Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulya.
žKridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik.   Jakarta: PT. Gramedia.
žMulyono. Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia   dan Problematik Penggunaannya. Bandung:Yrama   Widya.
žRamlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.   Yogyakarta: Karyono.
 
ž
ž



  Tadi



 
KET
ž