Senin, 01 Juni 2015

Kategori Sintaktis dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy



ABSTRAK

Syair merupakan puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang sarat dengan makna dan nilai-nilai kehidupan. Dalam kajian ini, syair merupakan salah satu alat yang digunakan oleh Tenas untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dan petuah amanah (selain pantun, gurindam, seloka dan ungkapan) kepada khalayak ramai. Syair tersebut disampaikan dengan kata-kata yang sederhana dan yang selalu sudah melekat pada masyarakat Melayu (Riau) khususnya. Oleh karena itu, kategori sintaktis atau yang biasa disebut kelas kata  dijadikan dasar untuk mengkaji syair yang terdapat dalam Tunjuk Ajar Melayu. Makalah ini bertujuan untuk menemukan dan menguraikan kategori sintaktis yang tersembunyi dalam syair. Teori yang digunakan Muslich (2008), Kridalaksana (2005), dan Alwi, dkk. (2003). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan analisis, kategori sintaktis yang  tergembleng dalam syair yang paling dominan adalah 1) nomina atau kata benda dan 2) verba atau kata kerja. Tenas lebih dominan memanfaatkan kata berkategori nomina dalam merangkai dan menghasilkan syairnya dibandingkan dengan kata lainnya, seperti kata Islam, Melayu, Allah, berkah, iman,dan ampunan. Kata Islam dan Melayu menunjukkan agama (identitas) yang sudah melekat kepada orang Melayu. Selain itu, Tenas penggunaan kata-kata yang berkategori verba, seperti  memuji, bertakwa, memohon, menyembah dan bertobat tentunya punya maksud tersendiri. Misalnya kata bertakwa menyiratkan seorang Melayu haruslah taat dan patuh kepada Allah (Tuhan). Jadi, pemilihan kata-kata itu tidak lepas dari kandungan Tunjuk Ajar Melayu yakni menunjuk kepada yang elok, mengajar kepada yang benar, mendidik kepada yang baik.

Kata kunci: kategori sintaktis, syair, Tunjuk Ajar Melayu