sumber: http://shangpemberontak.blogspot.com/2013
diakses 120214
ANALISIS
KALIMAT BERDASARKAN FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN
Oleh: Dedi
Damhudi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kalimat
merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan
perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap
dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada
tataran kalimat adalah kata (misalanya, tidak) dan frase atau
kelompok kata (missalnya, tidak tahu). Kata dan frase tidak dapat
menugungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan frase itu
sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu
kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini orang tidak
tahu cara membedakan anatara kata, frase, dan kalimat. Oleh karena itu, penulis
lewat makalah ini dapat memberikan gambaran tantang kalimat.
Kalimat adalah
bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan
intonasinya menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi
final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya,
atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-mata gabungan atau ragkaian
kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukan
sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penutur.
Sesungguhnya
yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud
tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana,
1985).
Dari urain di
atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan
gramitikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik
atau turun.
Kesulitan menganalisa
kalimat dalam membedakana antara O, P, Pel, K dalam sebuah
kalimat, perlu menyiapkan konsep yang matang tentang toeri kalimat. Oleh
karena itu penulis membuat makalah ini untuk membantu rekan-rekan pembaca dalam
memantapkan konsep tentang kalimat.
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kalimat
Seperti kita
ketahui, bahwa bahasa itu terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan
lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan
bentuk tersebut. Bentuk bahasa terdiri dari atas
satuan-satuan yang s dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan
satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan
gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.
2.2 Analisis
Kalimat Berdasarakan Fungsi
Tiap kata atau
frase dalam kalimat memepunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata frase lain
yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian hubungan
saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangakat sedemikian rupa
sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah
struktur.kadang-kadang sebuah kalimat terdiri atas sebuah subjek dan prdikat (S
– P), Subjek – predikat – objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S
– P – K), Subjek – Predikat – Pelengkap (S – P – Pel), Subjek – Predikat –
Objek – Keterangan (S – P – O – K), atau Subjek – Predikat – Pelengkap –
Keterangan (S – P – Pel – K).
2.1.1 Ciri-ciri Subjek
Yang
dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang
tentangnya diberikan sesuatu.
Contoh:
1) Mereka bergembira.
2) Rumah itu bagus sekali.
Oleh karena
subjek itu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, maka sudah semestinya
terbentuk dari kata benda, seperti kata (mereka, dan rumah) pada contoh
di atas. Untuk menentukan subjek, kita dapat mengunakan kata tanya apa
atau siapa. Berdasarkan urain di atas dapat kita temui ciri-ciri dari
sebuah subjek.
1) Tentangnya diberitakan
sesuatu,
2) Dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan
3) Dapat bertanya dengan kata tanya apa
atau siapa di hadapan predikat.
2.1.2 Ciri-Ciri Predikat
Predikat adalah
bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri. Dan
menurut ahli, predikat kalimat biasanya berupa frase verbal atau frase adjektival,
(Alwi, 1998). Predikat merupakan unsur klausa yang selalu ada dan
merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya,
yaitu S, O, dan K, (Ramlan 1996). Sakri (1995) mengatakan, bahwa predikat itu sebagai puncak kerja yang menduduki
jabatan uraian dan menyatakan tindakan atau perbuatan. Selain
itu, Suparman (1998) juga memberikan penjelasan predikat
dengan menyebutkan ciri-ciri atau penanda formal predikat tersebut, yaitu
1) Penunjuk aspek: sudah, sedang,
akan, yang selalu di depan predikat.
2) Kata kerja bantu: boleh, harus,
dapat.
3) Kata penunjuk modal: mungkin,
seharusnya, jangan-jangan.
4) Beberapa keterangan lain: tidak,
bukan, justru, memang, yang biasanya terletak di antara S dan P.
2.1.3 Ciri-Ciri Objek
Objek adalah
konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba
transitif pada kalimat aktif. Objek selalu diletakan setelah predikat.
Dengan demekian, objek dapat dikeneli dengan memperhatikan:
1) Jenis
predikat yang melengkapinya, dan
2) Ciri khas
objek itu sendiri.
Biasanya, verba transitif
ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks -kan dan -i
serta prefiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Perhatikan contoh kalimat berikut!
1) Rudi Hartono menundukan
Icuk
2) Andi mengunjungi Pak
Rustam
Objek pada
kalimat aktif transitf akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti
pada contoh di bawah ini.
1) Pembantu membersihkan
ruangan saya.
S
P
O
2) Ruangan saya dibersihkan
oleh pembantu.
S
P
O
Potensi
ketersulihan unsur objek dengan -nya dan mengdepannya sebagai subjek
kalimat pasif merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang
berupa dari nomina atau frase nomina.
2.1.4 Ciri-Ciri Pelengap
Orang sering
mencapuradukan pengertian objek dan pelengkap, hal ini disebabkan karena kedua
konsep ini terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud
nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang
verba..
Alwi (1998) menjelaskan persamaan dan perbedaan antar objek dan pelengkap dapat
dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut.
Objek
|
Pelengkap
|
1. berwujud
frase nomina atau klausa
2. berada lansung di belakang predikat
3. menjadi subjek akaibat pemasifan kalimat
4. dapat
diganti dengan pronomina –nya
|
1. berwujud frase nomina, frase verbal, frase ajektival,
frase preposional, atau klausa
2.
berada lansung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang
objek jika unsur ini hadir
3. tidak
dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
4. tidak
dapat diganti dengan -nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di,
ke, dari, akan.
|
Berikut ini
beberapa contoh pelengkap dengan predikat yang berupa verba intaransitif dan
dwitransitif serta atjektiva.
1)
Mereka bermain bola di lapangan.
|
|
Verba
intransitive
|
2) Ria benci pada kekerasan.
|
3)
Ibu bertanya kapan kami boleh menengoknya.
|
|
1)
Adik mengambilkan saya air minum.
|
|
Verba
dwitransitif
|
2) Orang itu membeli rumah untuk anaknya.
|
3) Kakak mencarikan saya pekerjaan.
|
|
1) Ibunya sakit kepala.
|
|
Adjektiva
|
2) Anak itu pandai menari.
|
3)
Anak itu susah sekali diatur.
|
Seringkali
nomina memepunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya
seolah-olah tidak bisa terpisahkan lagi. Contohnya:
1) makna waktu
2) balik nama
3) kurang darah
Gabungan verba
atau adjektiva dengan nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva majemuk
yang berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam kalimat.
2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan
Suparman (1995) menyatakan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam
dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal,
dan bahkan di tengah kalimat Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat
bersifat mana suka.
Ada beberapa
macam bentuk keterangan, yaitu:
1) keterangan tempat ditandai oleh
kata: di, ke, dari, dalam, pada;
2) keterangan waktu ditandai oleh
kata: pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang;
3) keterangan alat ditandai oleh
kata: dengan;
4) keterangan tujuan ditandai oleh
kata: agar/supaya, untuk, bagi, demi;
5) keterangan cara ditandai oleh
kata: dengan, secara ,dengan cara, dengan jalan;
6) keterangan perbandingan ditandai
oleh kata: seperti, bagaikan, laksana;
7) keterangan sebab ditandai oleh
kata: karena, sebab;
8) keterangan akibat ditandai oleh
kata: sehingga, sampai, akibatnya;
9) keterangan alasan ditandai oleh
kata: berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu;
10) keterangan asal ditandai oleh
kata: dari;
11) keterangan perlawanan ditandai
oleh kata: meskipun, walaupun;
12) keterangan modalitas ditandai
oleh kata: mustahil, barangkali, moga-moga.
Perhatikan contoh berikut!
1) Adik memotong rambutnya di kamar.
2) Adik memotong rambutnya dengan
gunting.
3) Adik memotong rambutnya kemarin.
Ketiga kalimat
di atas merupakan contoh keterangan tempat, alat, waktu.
2.3 Analisis
Kalimat Berdasrkan Kategori
Analisis
kalimat berdasarkan kategori merupakan penentuan kelas kata yang menjadi
unsur-unsur kalimat tersebut. Menurut Verhaar (1996) mengatakan, bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering
disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, advosisi
(artinya, preposisi, atau posposisi). Dan Alwi (1998) membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kata tersebut adalah
1) kata benda (nomina),
2) kata sifat (adjektifa),
3) kata kerja (verba),
4) kata keterangan (adverbia),
5) kata tugas.
2.3.1 Kata Benda (Nomina)
Kata benda
adalah kategori yang secara sintaksis,
1) Tidak mempunyai potensi untuk
bergabung dengan partikal tidak,
2) Mempunyai potensi untuk didahului
oleh partikel dari (Kridalaksana, (1994).
Kata benda
dapat dilihat dari tiga sisi, yakni segi semantik, segi sintaksis, dan segi
bentuk. Dari segi semantik dapat dikatakan, kata benda adalah kata yang mengacu
pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. Dengan
demkain, kata seperti guru, kucing , meja, dan kebangsaan adalah benda
(nomina).
Dilihat dari
segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu.
1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi
subjek, objek, atau pelengkap dapat diikuti oleh kata itu,dapat
didahului oleh kata bilangan (Kridalaksana, 1994). Seperti
pada contoh kalimat berikut.
1. Pemerintah akan menetapkan penurunan harga BBM.
2. Ayah mencarikan saya pekerjaan.
Kata pemerintah
dan kata pekrjaan pada contoh di atas merupakan nomina.
2) Nomina tidak dapat diingkarkan
dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah bukan. Untuk mengikarkan seperti
contoh kalimat, Ayah saya guru harus dipakai kata bukan: Ayah saya bukan guru.
3) Umumnya, nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara lansung maupun
diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah mewah atau buku yang
baru dan rumah yang mewah.
Dari segi
bentuknya, nomina terdiri atas dua macam, yakni
1. Nomina yang terbentuk dari kata
dasar, dan
2. Nomina turunan.
Penurunan
nomina ini dilakukan dengan,
1. afiks,
2. perulangan,
3. pemejemukan.
Contoh nomina
dasar adalah gambar, meja, rumah, pisau, tongkat, hukum, dan lain-lian. Dan
contoh nomina turunan adalah daratan, pendaratan, kekosongan, persatuan, meja-meja,
rumah makna, dan lain-lain.
Seperti yang
telah disinggung, bahwa nomina mencakup pronomina dan numeralia. Oleh karena
itu, pronomina dan numerelia akan diuraikan pada bagian ini.
Pronomina
adalah kata-kata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang sbuah subtansi dan
dengan demekian justru mengganti namanya, (Ramlan, 1991). Pronomina
dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yakni (i) pronomina persona, (ii)
pronomina penunjuk, (iii) pronomina penanya, (Alwi, 1998).
1. Pronomina persona adalah pronomina
yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri
sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak
bicara (pronomina persona kedua), mengacu pada orang yang dibicarakan
(pronomina ketiga).
2. Pronomina penunjuk dalam bahasa
Indonesia ada tiga macam, yaitu pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk
tempat, dan pronomina ihwal, (Keridalaksana, 1994).
a. Pronomina penunjuk umum ialah ini,
itu, anu. Sebagai pronomina, ini dan itu ditempatkan sesudah
nomina yang dibatasinya. Orang juga memakai kedua pronomina itu sesudah nomina
persona. Misalnya:
jawaban itu
|
rumusan ini
|
lamaran itu
|
saya ini
|
Dan kata anu dipakai bila
seseorang tidak mengingat benar kata apa yang harus dipakai, padahal ujaran
telah telanjur dimulai. Untuk megisi kekesongan dalam proses berpikir ini orang
memekai pronomina anu.
b. Pronomina penunjuk tempat ialah sini,
situ, atau sana. Karena menunjuk posisi, pronomina ini sering
digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari. Perhatikan contoh berikut!
- Mereka berangkat dari sini.
- Bukannya ada di sini.
- Bukan engkau pergi kesana.
c. Pronomina
penunjuk ihwal ialah begini, dan begitu. Titik pangkal
perbedaanya sama dengan penunjuk lokasi: dekat (begini), jauh (begitu). Perhatikan contoh berikut!
- Bapak mengatakan begini.
- Jangan bebuat begitu lagi.
3. Pronomina penanya, pronomina yang digunakan sebagai pemarkah pertanyan. Dari segi makna, yang
ditanyakan dapat mengenai,
a. orang,
b. barang, dan
c. pilihan.
Peronomina siapa dipakai
jika yang dinyatakan adalah orang atau nama orang; apa bila
barang; dan mana bila suatu piliahn tentang orang.
4. Pronomina numeralia atau kata
bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyak maujud (orang,
binatang, atau barang) dan konsep.
2.3.2 Kata Kerja (Verba)
Kata kerja
(verba) adalah kata yang menyatakan tindakan (Ramlan, 1991). Ciri-ciri kata
kerja dapat diketahui dangan mengamati,
1) perilaku semantis,
2) perilaku sintaksis,
3) bentuk morfologisnya,
(Alwi,1998).
Dibawah ini
akan dijelaskan satu persatu ciri-ciri yang disebut di atas.
1) Dari segi semantisnya, verba
memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Perhatikan contoh berikut!
a. Pencuri itu lari.
b. Mereka sedang berdiskusi di ruang depan.
Verba lari
dan berdiskusi pada contoh di atas mengandung makna perbuatan, verba seperti
ini dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan apa yang dilkukan oleh subjek?, dan
dapat menjawab pertanyaan apa yang dilakukan oleh subjek?.
2) Dari sintaksisnya,
ketransitifanya verba ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
a. Adanya nomina yang berdiri di
belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif. Perhatikan contoh berikut!
- Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.
- Sekrang orang sukar mencari pekerjaan.
b. Kemungkinan objek itu berfungsi
sebagai subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan
contoh berikut!
- Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.
- Sekarang pekerjaan sukar dicari
orang.
2.3.3 Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat
(adjektiva) adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang yang
dinyatakan oleh nomina dalam kalimat, (Alwi, 1998). Dan Kridalaksana (1994) mengkategorikan adjektiva dalam beberapa kategori, antara lain;
1) Bergabung dengan partikel tidak,
2) Mendampingi nomina,
3) Didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak,
4) Memepunyai ciri-ciri morfologis seperti -er-, -if, dan
-i,
5) Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Selanjutnya,
adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbia kalimat. Fungsi
adjektiva dan adverbial itu mengacu pada suatu keadan. Perhatikan contoh
berikut!
1. Agaknya dia sudah mabuk.
2. Adiknya berhasil dengan baik.
Adjektiva juga
dicirikan oleh kemungkinan menyatkan kualitas dan tingkat bandingan acuan
nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat dapat
dijelaskan dengan memperhatikan contoh berikut!
1. Orang itu sangat kuat.
2. Agak jauh juga pondoknya.
Tingkat
bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakain kata lebih dan paling di depan
adjektiva. Perhatikan contoh berikut!
1. Saya lebih senang di desa dari
pada di kota.
2. Dia palaing pintar di kelasnya.
2.3.4 Kata Keterangan (Adverbia)
Kata
keterangan (adverbia) adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva,
numerelia, dan profesi dalm konstruksi sintaksis, (Kridalaksana, 1994). Dan
(Ramlan, 1991) menjelaskan adverbia adalah kata yang menerangkan,
1) Kata kerja dalam berbagai
fungsinya,
2) Kata keadaan dalam berbagai
fungsinya,
3) Kata keteranagan,
4) Kata bilangan,
5) Predikat kalimat, tidak peduli jenis
kata apa predikat itu, dan
6) Menegaskan subjek dan predikat kalimat
2.4 Analisis
Kalimat Berdasrkan Peran
Analisis
kalimat berdasarkan peran menagacu pada makna pengisi unsur-unsur
fungsional kalimat. Dan menurut (Verhaar, 1996) mengatakan, bahwa
‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Dan unsur-unsur peran
ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. Dengan pengisian unsur peran
ini, dapatlah diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur-unsur fungsional
tersebut.
Makna pengisi
unsur-unsur fungsional kalimat dapat diuraikan sebagai berikut.
2.4.1 Makna Unsur Pengisi Subjek (S)
Ramlan (1996) mengemukakan beberapa kemungkinan makna unsur pengisi S,
yaitu:
1) Menyatakan ‘pelaku’
Mislnya:
- Seorang gadis membeli empat batang lilin.
- Mereka sedang mengerjakan tugas-tugas.
2) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
- Bus-bus itu mengangkut penumpang.
- Truk-truk itu mengangkut penumpang.
3) Menyatakan ‘sebab’
Misalnya:
- Banjir besar itu sedang menghancurkan kota.
- Perapian itu memanaskan kamar.
4) Menyatakan ‘hasil’
Misalnya:
- Rumah-rumah murah banyak didirikan pemerintah.
- Hotel-hotel mewah telah dibangun
pengusaha.
5) Menyakan ‘tempat’
Misalnya:
- Pantai kuta banyak dikujngi oleh orang.
- Kebunnya ditanami pohon mangga.
6) Menyatakan ‘jumlah’
Misalnya:
- Kaki anjing itu ada empat.
- Rumah pengusaha itu tujuh buah.
2.4.2 Makna Unsur Pengisi Predikat (P)
Ramlan (1996) mengungkapkan, bahwa maka unsur pengisi predikat adalah:
1) Meyatakan’perbuatan’
Misalnya:
- Ria sedang belajar.
- Gadis itu memetik bunga.
2) Menytakan ‘keadaan’
Misalnya:
- Rambutnya hiatm dan lebat.
- Rumah itu sangat besar.
3) Menyatakan’pengenal’
Misalnya:
- Orang itu pegawai kedutaan.
- Gedung itu gedung bupati.
4) Menyatakan ‘keberadaan’
Misalnya:
- Para tamu berada di ruang depan.
- Mereka bermukim di tepi pantai.
2.4.3 Makna Unsur Pengisi Objek (O)
Kemungkinan
makna unsur pengisi O adalah:
1) Menyatakan ‘penderita’
Misalnya:
- Tuti mencuci pakaian.
- Budi meletakan bonekanya.
2) Menyatakan ‘tempat’
Misalnya:
- Para wisatawan mengunjungi pura besakih.
- Petani itu menanami tegalannya dengan ubi-ubian.
3) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
- Polisi menembakan pistolnya.
- Pangeran itu mengayunkan pedangnya.
2.4.4 Makna Unsur Pengisi Pelengkap (Pel)
Unsur pengisi
pelengkap memilik makna sebagai berikut.
1) Menyatakan ‘penderita’
Misalnya:
- Mahasiswa itu belajar bahasa indonesia.
- Mereka bermain bola.
2) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
- Tentara kita yang bersenjatakan bambu runcing.
- Anak itu berteduhkan daun pisang.
2.4.5 Makna Unsur Pengisi Keterangan (K)
Makna unsur pengisi
keterangan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Menyatakan ‘tempat’
Misalnya:
- Ria sedang belajar di kamar.
- Ibu memasak di dapur.
2) Menyatakan ‘waktu’
Misalnya:
- Bapak pergi ke bandung besok pagi.
- Rapornya sudah diambil.
3) Menyatakan ‘cara’
Misalnya:
- Pencuri itu lari dengan cepat.
- Dia belajar dengan tekun.
4) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
- Buruh itu mengangkut beras dengan truk.
- Ani memotong kertas dengan gunting.
5) Menyatakan ‘sebab’
Misalnya:
- Dia tidak masuk karena sakit.
- Dia mendapat nilai jelek karena tidak belajar.
Berdasarkan
urain di atas, tanpak bahwa fungsi, kategori, dan peran tidak ada hubungan satu
lawan satu. Fungsi merupakan suatu ‘temapat’ dalam stuktur kalimat dengan unsur
pengisi berupa bentuk bahasa yang tergolong dalam kategori tertentu dan
mempunyai peran semantis tertentu.
3. SIMPULAN
Tiap kata atau
frasa dalam kalimat memepunyai pungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase
lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis artinya
berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama
dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Unsur-unsur ini terdapat dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, kelima unsur
tersebut memang tidak selalu bersama-sama ada dalam suatu kalimat.
Kategori
sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata (Alwi, 1998).
Oleh karena itu, analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penetuan kelas
kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Hal ini senada dengan pendapat
Verhar (1996) yang mengatakan, bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering
disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, adposisi
artinya, perosisi atau posposisi, dalam buku “Tata Baku Bahasa Indonesia.”
(Alwi,1998) membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas kata tersebut adalah
(i) kata benda (nomina), (ii) kata kerja (verbal), (iii) kata sifat
(adjektiva), (iv) kata keterangan (adverbia), dan (v) kata tugas.
Analisis
kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional
kalimat. Verhar (1996) mengatakan, bahwa ‘peran’
adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini berkaitan
dengan makna grametika/sintaksis. Dengan pengisian unsur peranan ini, dapat
diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. et,
al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana,
H. 2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Unika Atma Jaya.
Finoza
Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia.
2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Novia, Windi dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.
Ramlan, M.
1991. Pengelolaan Kata. Yogyakarta: CV Karyono.
Ramlan, M.
1996. Sintaksi. Yogyakarta: CV Karyono.
Sakri, A. 1995.
Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.
Rusyana dan
Samsuri. 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Verhaar, J.W.M.
1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press.