Senin, 22 April 2013

Konsep Distribusi dan Arsitektur Kalimat


Konsep Distribusi  dan Arsitektur Kalimat

Beberapa definisi ...
  Depdiknas (2005:588), konsep /konsép/ n adalah 1. rancangan atau buram surat dsb; 2. ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; 3. Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
  Depdiknas (2005:270), distribusi adalah semua posisi yang ditempati oleh unsur bahasa.
 Depdiknas (2005:339), gatra n Ling adalah lingkungan tertentu di dalam kalimat yang ditempati oleh suatu unsur bahasa.
  Depdiknas (2005), arsitektur /arsitéktur/ n adalah 1 seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.
 
 

Satuan-satuan bahasa dikelompokkan berdasarkan  hubungan antarsesama satuan, berdasarkan kesamaan dan perbedaan bentuk, dan berdasarkan distribusi antarsesama satuan.
Penentuan satu arsitektur (bangunan atau konstruksi) kalimat pada umumnya didasarkan terdinya distribusi sebuah bentuk atau satuan bahasa dengan bentuk atau satuan bahasa yang lain.
Konsep distribusi meliputi penempatan di awal, di tengah, di akhir, berdampingan, berselingan, dan berseberangan. Konsep distribusi diterapkan pada setiap tataran analisis bahasa.

Frase atau kelompok kata berdistribusi mengikuti salah satu unsur pembentuknya dalam sebuah klausa dan kalimat.
Berdasarkan pengembangan dan distribusi unsur-unsur pembentuk frase terhadap pusatnya.
Frase dibedakan dalam beberapa arsitektur
¢  Frase nomina bahasa Indonesia dikembangkan dari kiri ke kanan.
Misalnya: 1) sepatu baru
                1a) sepatu yang  baru
                1b) sepatu saya yang baru
                                2) suami galak itu
                                2a) suami yang galak itu
                                2b) suami artis yang galak itu
¢  Pengembangan frase nomen dengan bilangan berjalan ke kiri baik pada bahasa Indonesia (BI) maupun pada bahasa Inggris (BIng).
¢  Misalnya BI:
  Lima orang anak bukan anak orang lima atau anak lima orang;
  Banyak pohon bukan pohon banyak;
  Aneka barang tambang bukan tambang barang aneka atau barang tambang aneka.
¢  Misalnya BIng:
  Two old dogs bukan dogs old two atau old dogs two;
  Much water bukan water much  
¢  Bahasa Sikka (di Flores), pengembangan frase dengan bilangan ke kanan secara konsisten.
 Misalnya:
                                1)            bia                          lima                        ‘lima orang’
                                                (orang)                   (lima)
                                2)            jarang                      hutu                         ‘empat kuda’
                                                (kuda)                    (empat)
                                3)            manu                       rua                           ‘dua ayam’
                                                (ayam)                   (dua)

¢  Penelitian dan pendeskripsian arsitektur  frase belum banyak dikaitkan dengan fungsi-fungsi sintaktis.
¢   Konsep distribusi dalam analisis sintaksis lebih dikenal dengan istilah perilaku sintaktis (lihat TBBI).
¢  Perilaku sintaktis adalah distribusi unsur-unsur kata dalam pembentukan frase dan pengembangan struktur kalimat.
¢  Konsep distribusi memegang peran yang penting dalam analisis bahasa, siap pun linguisnya dan teori apa pun yang ia gunakan.
¢  Distribusi satuan-satuan bahasa tentu saja berhubungan dengan makna. Makna merupakan pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (lihat KBBI).
¢  Berbahasa adalah berkomunikasi secara manusiawi. Jadi, untuk menyatakan keanekaragaman makna, satuan bahasa perlu didistribusikan?. Perhatikan contoh di bawah:
  Di tinggal saya kampung. (BI)
  House painted student a the. (BIng)

  
 Bagi penutur BI dan BIng, dua kalimat di atas tidak bermakna karena tidak didukung oleh distribusi satuan bahasa yang dilazimkan oleh mereka.  Akan bermakna jika disusun seperti saya tinggal di kampung dan a student painted the house.

¢  Ini berarti ketatabahasaan selalu dikaitkan dengan kebermaknaan (baca=makna) bagi pemakai bahasa. Ketatabahasaan yang tidak dikaitkan dengan kebermaknaan bukanlah bahasa. Untuk contoh lebih lanjut baca Parera:16-17.
¢  Salah satu fenomena bahasa yang belum banyak disinggung dalam pembicaraan dan analisis tentang bahasa Indonesia ialah distribusi fungsi keterangan dalam kalimat.
¢  Keterangan atau adverbia /advérbia/ n Ling kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat, misalnya sangat, lebih, tidak (KBBI).
¢  Menurut Alwi, dkk. (2003:197) dalam tataran frase, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adeverbia lain. Perhatikan kata sangat dan selalu dalam contoh di bawah:
¢  Ia sangat mencintai ibunya.
¢  Ia selalu sedih mendengarkan lagu itu.

Adverbia dari segi bentuknya
¢  Adverbia tunggal; dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu adverbia yang berupa kata dasar, adverbia yang berupa kata berafiks dan  adverbia yang berupa kata ulang (Alwi, dkk. 2003:199).

 ADVERBIA TUNGGAL
¢  Yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu kata dasar, karena jenis adverbia dasar tergolong ke dalam kelompok kata yang keanggotaannya tertutup, maka jumlah adverbia yang berupa dasar itu tidak banyak. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
Baru                       sangat                   pasti 
  Hanya                   segera                  tentu
  Lebih                     selalu
  Hampir                 senantiasa
  Saja                        paling   

Adverbia yang berupa kata berafiks
  Diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se-,-nya atau afiks –nya pada kata dasar.
  Yang berupa penambahan gabungan afiks se-,-nya :
  Sebaiknya kita segera membayarkan pajak itu.
  Sebenarnya kami meragukan kemampuannya.
  Saya minta mereka untuk masuk kantor secepatnya.
  Mereka sesungguhnya tidak bersalah.
  Yang berupa penambahan –nya :
  Agaknya gurauan itu membuatnya marah.
  Kalau sudah begitu, biasanya ia akan menangis.
  Kamu ini pintar juga rupanya.
  Rasanya saya sudah melaporkannya kemarin.

  
 Di dalam BI terdapat juga adverbia berafiks yang dilihat dari segi bentuknya tidak termasuk ke dalam salah satu pola tersebut di atas. Yang dimaksudkan adalah terlalu, terlampau, dan terkadang.
  Pola ini memperlihatkan penambahan prefiks ter-  pada kata dasar, hanya berlaku untuk ketiga adverbia tersebut. Namun, dalam konteks pemakaian tertentu kadang-kadang digunakan teramat, yang juga merupakan adverbia.

Adverbia yang berupa kata ulang
  Menurut bentuknya, adverbia yang berupa kata ulang dapat diperinci lagi menjadi:
  Pengulangan kata dasar, misalnya: diam-diam, pelan-pelan, dan tinggi-tinggi.
 engulangan kata dasar dan penambahan afiks se- misalnya: setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sesabar-sabar, dan segalak-galak.
 Pengulangan kata dasar dan penambahan sufiks –an misalnya: habis-habisan, mati-matian, dan gila-gilaan.
  pengulangan kata dasar dan penambahan gabungan afiks se-,-nya misalnya: setinggi-tingginya, seikhlas-ikhlasnya dan sekuat-kuatnya.

Adverbia gabungan
¢  Adverbia yang berdampingan, misalnya:
  Lagi pula rumahnya baru jadi minggu depan.
  Hanya saja kita harus mempersiapkannya secara matang.
  Kami hampir selalu bersama-sama ke kantor.
  Adverbia yang tidak berdampingan, misalnya:.
  Kamu hanya membuang-buang waktu saja.
  Dia sangat sedih sekali mendengar berita it u.
  Bukan frustasi saja, dia juga berani nekad bunuh diri.

Tipologi sintaksis yang sangat menarik
  SOV       = bahasa Korea
  SVO       = bahasa Thai
  VSO       = bahasa Welsh
  VOS       = bahasa Malagasy
  OVS       = bahasa Panare
  OSV       = bahasa Nadeh
(Jae Jung Song dalam Parera, 2009:19)

Satu x adalah satu x
¢  Bloomfield memberikan patokan pengertian kalimat sebagai “A maximum X is an X which is not part a large X”.
¢  Perhatikan contoh berikut (BIng dan BI):
  Come!  Ouch!                    Yes!       Fire!       John ran away!
  Pergi!    Aduh!                   Baik!      Orang lain tidak  akan percaya
¢  Sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas adalah kalimat.
¢  Bagaimana menurut Anda?
Dapat diuji dengan contoh berikut:
¢  (1) Ibu pergi ke pasar.
¢  (2) Pergi!
¢  Sesuai dengan patokan dan definisi tersebut di atas, bentuk pergi dalam contoh (2) adalah kalimat karena ia adalah bentuk ketatabahasaan yang maksimal dalam tutur tersebut. Manakala, bentuk pergi dalam contoh (1) bukan kalimat karena ia merupakan bagian dari konstruksi yang lebih besar dan lebih luas. Di sini, ia bagian dari konstruksi ibu pergi ke pasar.
¢  Begitu juga halnya, dapat diuji pada contoh berikut:
  (3) apakah kamu tidak tahhu akan hal itu?
  (4) tidak tahu!
¢  Pendeknya, setipa unit bahasa yang berstruktur dan bermakna dapat menjadi kalimat, kecuali morfem terikat dan kelas-kelas kata petugas/partikel.
¢  Lado dalam Parera (2009:22) mengatakan “The smallest unit of full expression is the sentence, not the word. We talk in sentence”. Bentu-bentuk seperti Stop! Go! John! Adalah kalimat.
¢  Untuk pemahaman lanjut baca Parera (2009:23-24).


Rujukan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:                        Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hasan, Alwi; Soenjono Dardjowidjojo; Hans Lapoliwa; dan Anton M. Moeliono. 2003.                                         Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Parera, J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis   Sintaksis. Jakarta:Erlangga.