ABSTRAK
Syair merupakan puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas
empat larik (baris) yang sarat dengan makna dan nilai-nilai kehidupan. Dalam
kajian ini, syair merupakan salah satu alat yang digunakan oleh Tenas untuk
menanamkan nilai-nilai keislaman dan petuah amanah (selain pantun, gurindam,
seloka dan ungkapan) kepada khalayak ramai. Syair
tersebut disampaikan dengan kata-kata yang sederhana dan yang selalu sudah
melekat pada masyarakat Melayu (Riau) khususnya. Oleh karena itu, kategori
sintaktis atau yang biasa disebut kelas kata
dijadikan dasar untuk mengkaji syair yang terdapat dalam Tunjuk Ajar
Melayu. Makalah ini bertujuan untuk menemukan dan menguraikan kategori
sintaktis yang tersembunyi dalam syair. Teori yang digunakan Muslich (2008), Kridalaksana (2005), dan Alwi, dkk. (2003). Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan analisis, kategori sintaktis
yang tergembleng dalam syair yang paling
dominan adalah 1) nomina atau kata benda dan 2) verba atau kata kerja. Tenas
lebih dominan memanfaatkan kata berkategori nomina dalam merangkai dan
menghasilkan syairnya dibandingkan dengan kata lainnya, seperti kata Islam, Melayu, Allah, berkah, iman,dan ampunan. Kata Islam dan Melayu
menunjukkan agama (identitas) yang sudah melekat kepada orang Melayu. Selain
itu, Tenas penggunaan kata-kata yang berkategori verba, seperti memuji,
bertakwa, memohon, menyembah dan bertobat tentunya punya maksud
tersendiri. Misalnya kata bertakwa
menyiratkan seorang Melayu haruslah taat dan patuh kepada Allah (Tuhan). Jadi,
pemilihan kata-kata itu tidak lepas dari kandungan Tunjuk Ajar Melayu yakni
menunjuk kepada yang elok, mengajar kepada yang benar, mendidik kepada yang
baik.